A. Model
Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Istilah model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau
prosedur. Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dipunyai
oleh strategi atau metode tertentu, yaitu:
1. Rasional teoritik yan logis yang disusun oleh penciptanya.
2. Tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
3. Tingkah laku
mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara
berhasil.
4.
Lingkungan
belajar yang diberikan.
Model pembelajaran meliputi
pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya, pada
model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama
memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Dalam model
pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah,
memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan tugas-tugas. Guru menciptakan kelas yang fleksibel dan
berorientasi pada upaya penyelidikan.
Model pembelajaran dapat
diklasifikasikan berdasarkan:
- Tujuan Pembelajarannya.
- Pola urutan kegiatan yang harus dilakukan guru dan siswa.
- Sifat lingkungan belajarnya.
Setiap model pembelajaran
membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda. Misalnya,
pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain,
sedang pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan
guru.
B. Macam-macam
Model Pembelajaran
1. Pembelajaran
Klasikal
Pembelajaran klasikal adalah model
pembelajaran yang biasa digunakan sehari-hari. Model pembelajaran klasikal juga
disebut kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata. Pembelajaran klasikal
mencerminkan kemampuan utama guru. Pada model ini guru mengajar sejumlah siswa
di dalam suatu ruangan. Siswa mempunyai kemampuan minimum untuk tingkat itu dan
diasumsikan mempunyai minat dan kecepatan belajar yang relatif sama. Guru dalam
menentukan kecepatan menyajikan dan tingkat kesukaran materi berdasarkan
informasi kemampuan siswa secara umum. Guru mendominasi dalam menentukan
kegiatan pembelajaran, materi pembelajaran, urutan materi pembelajaran dan
kecepatan guru mengajar.
Pembelajaran klasikal cenderung
digunakan oleh guru apabila dalam proses belajarnya lebih banyak bentuk
penyajian materi dari guru. Penyajian lebih menekankan untuk menjelaskan
sesuatu materi yang belum diketahui atau dipahami siswa. Pembelajaran klasikal
akan memberikan kemudahan bagi guru dalam mengorganisasi materi pelajaran,
karena dalam pembelajaran klasikal secara umum materi pelajarannya akan seragam
diserap oleh siswa baik urutan maupun ruang lingkupnya. Pembelajaran klasikal
dapat digunakan apabila materi pelajaran lebih bersifat informatif atau fakta.
Terutama ditunjukan untuk memberikan informasi atau sebagai pengantar dalam
proses belajar mengajar. Sehingga dalam proses belajarnya, siswa lebih banyak
mendengarkan atau bertanya tentang materi pelajaran tersebut. Proses
pembelajaran klasikal dapat membentuk kemampuan siswa dalam menyimak atau
mendengarkan dan membentuk kemampuan dalam bertanya. Motivasi dan membangkitkan
perhatian siswa sangat penting dalam pembelajaran klasikal, karena pembelajaran
klasikal ini akan berhasil apabila ada keterkaitan antara stimulus dan respon
dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran model klasikal tidak
dapat melayani kebutuhan belajar secara individu. Beberapa siswa mengeluh
karena gurunya mengajar sangat cepat, yang lain mengeluh gurunya mengajar
bertele-tele dan banyak keluhan lain yang timbul karena kemampuan siswa secara
individu tidak sama.
·
Kelebihan
Pembelajaran Klasikal:
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Mudah mengorganisasikan tempat duduk / kelas.
c. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
d. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
f. Lebih ekonomis dalam hal waktu.
g. Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman, pengetahuan dan
kearifan.
h. Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas
i.
Membantu
siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh perhatian.
j.
Jika
digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan dan meningkatkan keinginan
belajar siswa dalam bidang akademik.
k. Dapat menguatkan bacaan dan belajar siswa dari beberapa sumber lain
·
Kelemahan
Pembelajaran Klasikal:
a. Mudah
menjadi verbalisme.
b. Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan.
c. Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada siapa yang menggunakannya.
d. Cenderung
membuat siswa pasif.
2. Pembelajaran
Individual
Pembelajaran individual menawarkan solusi terhadap masalah siswa
yang beraneka ragam. Pembelajaran individual
adalah pelatihan yang bersifat individual karena pertimbangan adanya
perbedaan-perbedaan diantara para peserta didik. Metode ini sangat sesuai
digunakan dalam 'one-to-one situation', seperti pelatihan terhadap pejabat
pengganti atau anggota tim di tempat kerja. Tidak seperti pembelajaran yang
difasilitasi dimana instruktur memiliki peran yang lebih bersifat pasif, pada
pembelajaran individual instruktur perlu mempertimbangkan dan memenuhi
kebutuhan masing-masing peserta. Pembelajaran individual memberi
kesempatan kepada siswa untuk menentukan sendiri tempat, waktu, dan kapan
dirinya siap menempuh tes ataupun ujian. Beberapa ciri pembelajaran individual,
antara lain:
a. Siswa belajar sesuai kecepatan masing-masing.
b. Siswa belajar secara tuntas, karena siswa akan tes setelah dirinya
merasa siap.
c. Setiap unit yang dipelajari memuat tujuan pembelajaran khusus yang
jelas.
d. Keberhasilan siswa diukur berdasarkan pada sistem nilai mutlak. Ia
berkompetisi dengan angka bukan dengan temannya.
Salah satu model pembelajaran
individual adalah pembelajaran dengan modul. Modul adalah suatu paket
pembelajaran yang memuat suatu unit konsep pembelajaran yang dapat dipelajari
oleh siswa sendiri (self instruction). Modul merupakan suatu proses
pembelajaran mengenai suatu satuan bahasa tertentu yang disusun secara
sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik,
disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru.
·
Kelebihan
Pembelajaran Individual:
a.
Perbedaan-perbedaan
yang banyak di antara para peserta dipertimbangkan
b.
Para
peserta didik dapat bekerja sesuai dengan tahapan mereka dengan waktu yang
dapat mereka sesuaikan
c.
Gaya-gaya
pembelajaran yang berbeda dapat diakomodasi
d.
Hemat
untuk peserta dalam jumlah besar
e.
Para
peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai bagaimana dan apa yang mereka
pelajari
f.
Merupakan
proses belajar yang bersifat aktif bukan pasif
·
Kekurangan
Pembelajaran Individual:
a.
Memerlukan
waktu yang banyak untuk mempersiapkan bahan-bahan
b.
Motivasi
peserta mungkin sulit dipertahankan
c.
Peran
instruktur perlu berubah
3. Pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Siswa diberi kesempatan bekerja dalam kelompok kecil untuk
memecahkan masalah, mendiskusikan masalah, dan menentukan strategi
pemecahannya. Tugas kelompok akan dapat memacu para siswa untuk bekerja sama,
saling membantu satu sama lain dalam mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan
baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.
Tujuan pembelajaran kooperatif,
yaitu untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dalam
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama
siswa yang berbeda latar belakangnya.
Pembelajaran kooperatif dapat
melatih siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain, merangkum pendapat dalam
bentuk tulisan. Pembelajaran kooperatif dalam matematika dapat membantu siswa
meningkatkan sikap positif siswa dalam matematika. Para siswa secara individu
membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan
masalah-masalah matematika, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa
cemas terhadap matematika. Konsep pembelajaran kooperatif muncul bahwa siswa
akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin berkelompok bekerja sama untuk
memecahkan masalah-masalah yang kompleks.
Proses demokrasi dan peran aktif
merupakan ciri khas dari lingkungan pembelajaran kooperatif. Dalam pembentukan
kelompok, guru menerapkan struktur tingkat tinggi dan guru juga mendefinisikan
semua prosedur. Meskipun demikian, guru tidak dibenarkan mengelola tingkah laku
siswa dalam kelompok secara ketat dan siswa memiliki ruang dan peluang untuk
secara bebas mengendalikan aktivitas-aktivitas di dalam kelompoknya. Selain
itu, pembelajaran kooperatif menjadi sangat efektif jika materi pembelajaran
tersedia lengkap di kelas, ruang guru, perpustakaan ataupun di pusat media.
Terdapat enam langkah utama atau
tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif:
Ø
Fase pertama
menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa belajar
Ø
Fase kedua
yaitu guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara demonstrasi atau
membuat bacaan.
Ø
Fase ketiga
adalah mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif.
Ø
Fase keempat
membimbing kelompok kerja dan belajar.
Ø
Fase kelima
merupakan fase guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari.
Ø
Fase terakhir
yaitu guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar
individu dan kelompok.
Pembelajaran kooperatif karakteristik sebagai berikut:
a.
Pembelajaran
dilakukan secara tim
b.
Didasarkan pada
manajemen kooperatif
Manajemen
mempunyai 3 fungsi, yaitu fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan
menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Fungsi manajemen
sebagai organisasi menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan
perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.
Fungsi manajemen sebagai kontrol menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif perlu
ditentukan keberhasilan.
c.
Kemauan untuk
bekerjasama
Keberhasilan
pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok.
d.
Keterampilan
bekerjasama
Kemampuan
bekerjasama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam pembelajaran secara
kelompok.
Pembelajaran kooperatif mempunyai 3 tujuan penting, yaitu:
a.
Meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model
kooperatif unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep sulit.
b.
Agar siswa
dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar
belakang.
c.
Mengembangkan
keterampilan sosial siswa, keterampilan sosial siswa tersebut adalah berbagai
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk
bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.
·
Kelebihan
Pemebelajaran Kooperatif:
a.
Melalui model
pembelajaran kooperatif siswa tidak terlau menggangtungkan pada guru
b.
Dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri.
c.
Membantu
siswa untuk respek pada orang laindan menyadari akansegala
keterbatasanya serta menerima segala perbedaan.
d.
Meningkatkan
motivasi siswa dan memberikan rangsangan untuk berpikir.
·
Kelemahan
Pembelajaran Kooperatif:
a.
Penilaian yang diberikan dalam model
pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok.
b.
Upaya
mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup
panjang.
4. Pembelajaran
Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah
merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual
sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Ciri utama pembelajaran
berdasarkan masalah adalah pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada
keterkaitan antara disiplin, penyelidikan auntentik, kerjasama, dan
menghasilkan karya atau peragaan. Pembelajaran ini bertujuan untuk:
a. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan
pemecahan masalah.
b. Belajar peranan orang dewasa yang auntentik.
c. Menjadi pembelajar yang mandiri.
Terdapat lima kegiatan guru dalam model pembelajaran ini, yaitu:
a. Menjelaskan
tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
b.
Membantu siswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
c.
Mendorong siswa
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d.
Membantu siswa
dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video,
model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
e.
Membantu siswa
untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.
Guru atau sebagai fasilitator
meberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang
diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik
lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan peta yang akurat
tentang arah dan tujuan pembelajaran. Langkah-langkah operasional dalam
pembelajaran berbasis masalah diantaranya:
a.
Pendefinisian
Masalah (defining the problem)
Dalam
langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta
didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok
mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas,
sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat.
b.
Pembelajaran
Mandiri (self learning)
Peserta
didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang
diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang
tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang
relevan.
c.
Tahap
Investigasi (nvestigation)
Tahap
investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari
informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang
telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan
yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan
dapat dipahami.
d.
Pertukaran
pengetahuan (exchange knowledge)
Setelah
mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran
mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam
kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari
permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara
peserta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
e.
Penilaian (Assessment)
Penilaian
dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan
(skill) dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan
pengetahuan yang mencangkup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan
ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan
laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian.
·
Kelebihan
Pembelajaran Berbasis Masalah:
a.
Problem solving merupakan
teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
b.
Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasanuntuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c.
Dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d. Membantu siswa
bagaimana mentransfer pengetahuan mereka
untukmemahami masalah dalam kehidupan nyata.
e.
Dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis
·
Kekurangan
Pembelajaran Berbasis Masalah:
a. Manakala siswa
tidak atau tidak mempunyai kepercayaan bahwamasalah yang dipelajari
sulit untuk dipecahkan, maka mereka enggan untuk mencoba.
5. Pengajaran
Teman Sebaya Sebagai Sumber Belajar
Keberhasilan suatu program
pembelajaran tidak disebabkan oleh satu macam sumber daya, tetapi disebabkan
oleh berbagai sumber yang saling mendukung menjadi satu sistem yang integral.
Sumber belajar dapat orang lain
(yang bukan guru), teman dari kelas yang lebih tinggi, teman sekelas, atau
keluarganya dirumah. Sumber belajar bukan guru berasal dari orang yang lebih
pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya dan tutor kakak.
Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai, dan tutor kakak adalah
tutor dari kelas yang lebih tinggi.
Bantuan belajar oleh teman sebaya
dappat menghilangkan kecanggungan, tidak rendah diri, malu untuk bertanya
ataupun minta bantuan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami. Kegiatan
sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman, yang justru
sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri. Dalam persiapan ini antara
lain mereka berusaha mendapatkan hubungan dari pergaulan baru yang mantap
dengan teman sebaya, mencari perannya sendiri, mengembangkan kecakapan
intelektual dan konsep-konsep yang penting, mendapatkan tingkah laku yang
bertanggung jawab secara sosial.
Dalam pembelajaran dengan pendekatan
teman sebaya, hendaknya tutor adalah siswa yangn mempunyai kemampuan lebih
dibandingkan dengan teman-teman pada
umumnya. Sehingga pada saat ia memberikan pengayaan ia sudah menguasai bahan
yang akan disampaikan.
·
Kelebihan
pengajaran teman sebaya sebagai sumber belajar:
a. Meringankan
beban guru dalam membelajarkan siswa, terutama bagi guru yang menghadapi kelas
gemuk/banyak
b.
Memberikan
dampak pengayaan pada siswa yang menjadi tutornya
c. Komunikasi
antar siswa akan lebih efektif terutama dalam mengatasi beberapa kelemahan guru
terutama dalam hubungan komunikasi dengan siswa
d. Bagi tutor
sendiri sebagai kegiatan remedial yang merupakan kesempatan untuk pengayaan
dalam belajar dan juga dapat menambah motivasi belajar
e.
Bersifat
efisien, artinya bisa lebih banyak siswa dibantu
f.
Dapat
meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri.
·
Kekurangan
pengajaran teman sebaya sebagai sumber belajar:
a.
Siswa yang
menjadi tutor berpotensi tidak memiliki keahlian membelajarkan
b.
Kelas
berpotensi riuh dan tidak terkendali
c.
Guru berpotensi
mengabaikan siswa karna terlalu mengandalkan tutor
d. Akan berpotensi
pada perlakuan yang diskriminatif dimana pada keadaan tertentu justru sangat
merugikan bagi efektifitas pembelajaran.
6.
Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran
langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep
dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
a.
transformasi
dan ketrampilan secara langsung;
b.
pembelajaran
berorientasi pada tujuan tertentu;
c.
materi
pembelajaran yang telah terstuktur;
d.
lingkungan
belajar yang telah terstruktur; dan
e.
distruktur
oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru
seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder, gambar,
peragaan, dan sebaganya.
Informasi yang disampaikan
dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana
melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif (yaitu pengetahuan tentang
sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik
terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan
setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.
Tahapan atau
sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai
berikut:
a. Orientasi. Sebelum
menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru
memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan
disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan
untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3)
memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4)
menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan
selama pembelajaran; dan(5) menginformasikan kerangka pelajaran.
b.
Presentasi. Pada fase
ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun
keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam
langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif
pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan
keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja
terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
c.
Latihan terstruktur.
Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru
yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa
dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon
siswa yang salah.
d.
Latihan terbimbing.
Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep
atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk
mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran
guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
e.
Latihan mandiri. Pada
fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat
dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam
fase bimbingan latihan.
·
Kelebihan
Pembelajaran Langsung:
a. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan
urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus
mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
b. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
c. Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan
yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
d. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan
faktual yang sangat terstruktur.
e. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
f. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu
yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
·
Kekurangan
Pembelajaran Langsung:
a. Model pembelajaran
langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi
melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua
siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus
mengajarkannya kepada siswa.
b. Dalam model
pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan,
pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau
ketertarikan siswa.
c. Karena siswa hanya
memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
d. Karena guru memainkan
peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung
pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri,
antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya,
dan pembelajaran mereka akan terhambat.
e. Terdapat beberapa bukti
penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan
pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat
berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan
keingintahuan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
M.M. Endang Susetyawati. 2011. Modul
Pembelajaran dan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Universitas PGRI Yogyakarta.
http://dewin221106.blogspot.co.id/2009/12/pembelajaran-individual.html (diakses pada 03 November 2015)
http://dewin221106.blogspot.co.id/2009/12/pembelajaran-klasikal.html (diakses pada 04 November 2015)
http://www.academia.edu/7563424/MODEL-MODEL_PEMBELAJARAN (diakses pada 04 November 2015)
http://habeahsntshirut.blogspot.co.id/2012/06/model-modelpembelajaran-matematika-d-i.html (diakses pada 04 November 2015)
http://penelitiantindakankelas.blogspot.co.id/2014/06/model-pembelajaran-berbasis-masalah.html (diakses pada 04 November 2015)
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/model-pembelajaran-langsung/ (diakses pada 04 November 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar