Rabu, 04 Januari 2017

Model-model Pembelajaran

A.    Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu, yaitu:
1. Rasional teoritik yan logis yang disusun oleh penciptanya.     
2.   Tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
3.  Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil.
4.      Lingkungan belajar yang diberikan.
Model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya, pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah, memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas. Guru menciptakan kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan.
Model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan:
  1. Tujuan Pembelajarannya.
  2. Pola urutan kegiatan yang harus dilakukan guru dan siswa.
  3. Sifat lingkungan belajarnya.

Setiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda. Misalnya, pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedang pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan guru.

B.     Macam-macam Model Pembelajaran

1.      Pembelajaran Klasikal

Pembelajaran klasikal adalah model pembelajaran yang biasa digunakan sehari-hari. Model pembelajaran klasikal juga disebut kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata. Pembelajaran klasikal mencerminkan kemampuan utama guru. Pada model ini guru mengajar sejumlah siswa di dalam suatu ruangan. Siswa mempunyai kemampuan minimum untuk tingkat itu dan diasumsikan mempunyai minat dan kecepatan belajar yang relatif sama. Guru dalam menentukan kecepatan menyajikan dan tingkat kesukaran materi berdasarkan informasi kemampuan siswa secara umum. Guru mendominasi dalam menentukan kegiatan pembelajaran, materi pembelajaran, urutan materi pembelajaran dan kecepatan guru mengajar.
Pembelajaran klasikal cenderung digunakan oleh guru apabila dalam proses belajarnya lebih banyak bentuk penyajian materi dari guru. Penyajian lebih menekankan untuk menjelaskan sesuatu materi yang belum diketahui atau dipahami siswa. Pembelajaran klasikal akan memberikan kemudahan bagi guru dalam mengorganisasi materi pelajaran, karena dalam pembelajaran klasikal secara umum materi pelajarannya akan seragam diserap oleh siswa baik urutan maupun ruang lingkupnya. Pembelajaran klasikal dapat digunakan apabila materi pelajaran lebih bersifat informatif atau fakta. Terutama ditunjukan untuk memberikan informasi atau sebagai pengantar dalam proses belajar mengajar. Sehingga dalam proses belajarnya, siswa lebih banyak mendengarkan atau bertanya tentang materi pelajaran tersebut. Proses pembelajaran klasikal dapat membentuk kemampuan siswa dalam menyimak atau mendengarkan dan membentuk kemampuan dalam bertanya. Motivasi dan membangkitkan perhatian siswa sangat penting dalam pembelajaran klasikal, karena pembelajaran klasikal ini akan berhasil apabila ada keterkaitan antara stimulus dan respon dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran model klasikal tidak dapat melayani kebutuhan belajar secara individu. Beberapa siswa mengeluh karena gurunya mengajar sangat cepat, yang lain mengeluh gurunya mengajar bertele-tele dan banyak keluhan lain yang timbul karena kemampuan siswa secara individu tidak sama.
·         Kelebihan Pembelajaran Klasikal:
a.       Guru mudah menguasai kelas.
b.      Mudah mengorganisasikan tempat duduk / kelas.
c.       Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
d.      Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
e.       Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
f.       Lebih ekonomis dalam hal waktu.
g.      Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman, pengetahuan dan kearifan.
h.      Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas
i.        Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh perhatian.
j.        Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan dan meningkatkan keinginan  belajar siswa dalam bidang akademik.
k.      Dapat menguatkan bacaan dan belajar siswa dari beberapa sumber lain

·         Kelemahan Pembelajaran Klasikal:
a.       Mudah menjadi verbalisme.
b.      Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan.
c.       Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada siapa yang menggunakannya.
d.      Cenderung membuat siswa pasif.

2.      Pembelajaran Individual

Pembelajaran individual menawarkan solusi terhadap masalah siswa yang beraneka ragam. Pembelajaran individual adalah pelatihan yang bersifat individual karena pertimbangan adanya perbedaan-perbedaan diantara para peserta didik. Metode ini sangat sesuai digunakan dalam 'one-to-one situation', seperti pelatihan terhadap pejabat pengganti atau anggota tim di tempat kerja. Tidak seperti pembelajaran yang difasilitasi dimana instruktur memiliki peran yang lebih bersifat pasif, pada pembelajaran individual instruktur perlu mempertimbangkan dan memenuhi kebutuhan masing-masing peserta. Pembelajaran individual memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan sendiri tempat, waktu, dan kapan dirinya siap menempuh tes ataupun ujian. Beberapa ciri pembelajaran individual, antara lain:
a.       Siswa belajar sesuai kecepatan masing-masing.
b.      Siswa belajar secara tuntas, karena siswa akan tes setelah dirinya merasa siap.
c.       Setiap unit yang dipelajari memuat tujuan pembelajaran khusus yang jelas.
d.      Keberhasilan siswa diukur berdasarkan pada sistem nilai mutlak. Ia berkompetisi dengan angka bukan dengan temannya.

Salah satu model pembelajaran individual adalah pembelajaran dengan modul. Modul adalah suatu paket pembelajaran yang memuat suatu unit konsep pembelajaran yang dapat dipelajari oleh siswa sendiri (self instruction). Modul merupakan suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasa tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru.

·         Kelebihan Pembelajaran Individual:
a.       Perbedaan-perbedaan yang banyak di antara para peserta dipertimbangkan 
b.      Para peserta didik dapat bekerja sesuai dengan tahapan mereka dengan waktu yang dapat mereka sesuaikan
c.       Gaya-gaya pembelajaran yang berbeda dapat diakomodasi 
d.      Hemat untuk peserta dalam jumlah besar 
e.       Para peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai bagaimana dan apa yang mereka pelajari 
f.       Merupakan proses belajar yang bersifat aktif bukan pasif 

·         Kekurangan Pembelajaran Individual:
a.       Memerlukan waktu yang banyak untuk mempersiapkan bahan-bahan 
b.      Motivasi peserta mungkin sulit dipertahankan 
c.       Peran instruktur perlu berubah 

3.      Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa diberi kesempatan bekerja dalam kelompok kecil untuk memecahkan masalah, mendiskusikan masalah, dan menentukan strategi pemecahannya. Tugas kelompok akan dapat memacu para siswa untuk bekerja sama, saling membantu satu sama lain dalam mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.
Tujuan pembelajaran kooperatif, yaitu untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dalam pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.
Pembelajaran kooperatif dapat melatih siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain, merangkum pendapat dalam bentuk tulisan. Pembelajaran kooperatif dalam matematika dapat membantu siswa meningkatkan sikap positif siswa dalam matematika. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika. Konsep pembelajaran kooperatif muncul bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin berkelompok bekerja sama untuk memecahkan masalah-masalah yang kompleks.
Proses demokrasi dan peran aktif merupakan ciri khas dari lingkungan pembelajaran kooperatif. Dalam pembentukan kelompok, guru menerapkan struktur tingkat tinggi dan guru juga mendefinisikan semua prosedur. Meskipun demikian, guru tidak dibenarkan mengelola tingkah laku siswa dalam kelompok secara ketat dan siswa memiliki ruang dan peluang untuk secara bebas mengendalikan aktivitas-aktivitas di dalam kelompoknya. Selain itu, pembelajaran kooperatif menjadi sangat efektif jika materi pembelajaran tersedia lengkap di kelas, ruang guru, perpustakaan ataupun di pusat media.
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif:
Ø  Fase pertama menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa belajar
Ø  Fase kedua yaitu guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara demonstrasi atau membuat bacaan.
Ø  Fase ketiga adalah mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif.
Ø  Fase keempat membimbing kelompok kerja dan belajar.
Ø  Fase kelima merupakan fase guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari.
Ø  Fase terakhir yaitu guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Pembelajaran kooperatif karakteristik sebagai berikut:
a.       Pembelajaran dilakukan secara tim
b.      Didasarkan pada manajemen kooperatif
Manajemen mempunyai 3 fungsi, yaitu fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Fungsi manajemen sebagai organisasi menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. Fungsi manajemen sebagai kontrol menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif perlu ditentukan keberhasilan.
c.       Kemauan untuk bekerjasama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok.
d.      Keterampilan bekerjasama
Kemampuan bekerjasama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam pembelajaran secara kelompok.
Pembelajaran kooperatif mempunyai 3 tujuan penting, yaitu:
a.       Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model kooperatif unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep sulit.
b.      Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang.
c.       Mengembangkan keterampilan sosial siswa, keterampilan sosial siswa tersebut adalah berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja  dalam kelompok, dan sebagainya.

·         Kelebihan Pemebelajaran Kooperatif:
a.         Melalui model pembelajaran kooperatif siswa tidak terlau menggangtungkan pada guru
b.        Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri.
c.         Membantu siswa untuk respek pada orang laindan menyadari akansegala keterbatasanya serta menerima segala perbedaan.
d.        Meningkatkan motivasi siswa dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

·         Kelemahan Pembelajaran Kooperatif:
a.         Penilaian yang diberikan dalam model pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok.
b.        Upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang.

4.      Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah adalah pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antara disiplin, penyelidikan auntentik, kerjasama, dan menghasilkan karya atau peragaan. Pembelajaran ini bertujuan untuk:
a.   Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.
b.      Belajar peranan orang dewasa yang auntentik.
c.       Menjadi pembelajar yang mandiri.

Terdapat lima kegiatan guru dalam model pembelajaran ini, yaitu:
a.   Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
b.      Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
c.       Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d.      Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
e.       Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Guru atau sebagai fasilitator meberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan peta yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Langkah-langkah operasional dalam pembelajaran berbasis masalah diantaranya:
a.       Pendefinisian Masalah (defining the problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat.

b.      Pembelajaran Mandiri (self learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.

c.       Tahap Investigasi (nvestigation)
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.

d.      Pertukaran pengetahuan (exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.

e.       Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill) dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencangkup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.

·         Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah:
a.    Problem solving merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
b.    Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasanuntuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c.    Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d. Membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untukmemahami masalah dalam kehidupan nyata.
e.    Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis

·         Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah:
a. Manakala siswa tidak atau tidak mempunyai kepercayaan bahwamasalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka enggan untuk mencoba.

5.      Pengajaran Teman Sebaya Sebagai Sumber Belajar

Keberhasilan suatu program pembelajaran tidak disebabkan oleh satu macam sumber daya, tetapi disebabkan oleh berbagai sumber yang saling mendukung menjadi satu sistem yang integral.
Sumber belajar dapat orang lain (yang bukan guru), teman dari kelas yang lebih tinggi, teman sekelas, atau keluarganya dirumah. Sumber belajar bukan guru berasal dari orang yang lebih pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya dan tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai, dan tutor kakak adalah tutor dari kelas yang lebih tinggi.
Bantuan belajar oleh teman sebaya dappat menghilangkan kecanggungan, tidak rendah diri, malu untuk bertanya ataupun minta bantuan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami. Kegiatan sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman, yang justru sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri. Dalam persiapan ini antara lain mereka berusaha mendapatkan hubungan dari pergaulan baru yang mantap dengan teman sebaya, mencari perannya sendiri, mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep yang penting, mendapatkan tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
Dalam pembelajaran dengan pendekatan teman sebaya, hendaknya tutor adalah siswa yangn mempunyai kemampuan lebih dibandingkan  dengan teman-teman pada umumnya. Sehingga pada saat ia memberikan pengayaan ia sudah menguasai bahan yang akan disampaikan.

·         Kelebihan pengajaran teman sebaya sebagai sumber belajar:
a.  Meringankan beban guru dalam membelajarkan siswa, terutama bagi guru yang menghadapi kelas gemuk/banyak
b.      Memberikan dampak pengayaan pada siswa yang menjadi tutornya
c.  Komunikasi antar siswa akan lebih efektif terutama dalam mengatasi beberapa kelemahan guru terutama dalam hubungan komunikasi dengan siswa
d.  Bagi tutor sendiri sebagai kegiatan remedial yang merupakan kesempatan untuk pengayaan dalam belajar dan juga dapat menambah motivasi belajar
e.       Bersifat efisien, artinya bisa lebih banyak siswa dibantu
f.       Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri.

·         Kekurangan pengajaran teman sebaya sebagai sumber belajar:
a.       Siswa yang menjadi tutor berpotensi tidak memiliki keahlian membelajarkan
b.      Kelas berpotensi riuh dan tidak terkendali
c.       Guru berpotensi mengabaikan siswa karna terlalu mengandalkan tutor
d.  Akan berpotensi pada perlakuan yang diskriminatif dimana pada keadaan tertentu justru sangat merugikan bagi efektifitas pembelajaran.

6.      Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a.       transformasi dan ketrampilan secara langsung;
b.      pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu;
c.       materi pembelajaran yang telah terstuktur;
d.      lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan
e.       distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder,  gambar,  peragaan, dan sebaganya.
Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.
Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai berikut:
a.     Orientasi. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan(5) menginformasikan kerangka pelajaran.
b.      Presentasi. Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
c.       Latihan terstruktur. Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.
d.      Latihan terbimbing. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
e.       Latihan mandiri. Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan.

·         Kelebihan Pembelajaran Langsung:
a.       Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
b.      Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
c.       Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
d.     Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
e.   Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
f.    Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.

·         Kekurangan Pembelajaran Langsung:
a. Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
b.  Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
c.       Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
d.   Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
e.      Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.


DAFTAR PUSTAKA


M.M. Endang Susetyawati. 2011. Modul Pembelajaran dan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Universitas PGRI   Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar