A. Metode
Pembelajaran
Dari segi bahasa metode berasal dari
dua kata yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui dan hodos
berarti jalan. Dengan demikian metode bisa berarti cara atau jalan yang harus
ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode pembelajaran berarti suatu prosedur, urutan langkah-langkah
dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat
dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu
pendekatan dapat dijabarkan dalam berbagai metode pembelajaran. Metode dalam pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai
cara untuk menyampaikan materi saja, sebab sumber belajar dalam kegiatan
pembelajaran mempunyai tugas cakupan yang luas yaitu disamping sebagai
penyampai informasi juga mempunyai tugas untuk mengelola kegiatan pembelajaran
sehingga warga belajar dapat belajar
untuk mencapai tujuan belajar secara tepat. Jadi, metode pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Metode pembelajaran matematika adalah cara untuk mencapai
tujuan pembelajaran matematika.
Jenis-jenis
metode dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pendekatan, diantaranya:
1.
Berdasarkan pemberian
informasi:
·
Metode Ceramah
·
Metode
Ekspositori
·
Metode Tanya
Jawab
·
Metode
Demonstrasi
2.
Berdasarkan
pemecahan masalah:
·
Metode
Pemecahan Masalah
·
Metode Penemuan
·
Metode Inkuiri
·
Metode
Eksperimen
3.
Berdasarkan
penugasan:
·
Metode Drill
dan Latihan
·
Metode Pemberian
Tugas
B. Macam-macam
Metode Pembelajaran
1. Metode
Ceramah
Ceramah merupakan suatu cara
penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di
suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada si penceramah dan komunikasi yang terjadi
searah dari pembicara kepada pendengar. Metode
ceramah merupakan metode mengajar yang paling banyak dipakai, terutama untuk
bidang studi non eksakta. Hal ini mungkin dianggap oleh guru sebagai metode
mengajar yang paling mudah dilaksanakan. Jika bahan pelajaran dikuasai dan
sudah ditentukan urutan penyampaiannya, guru tinggal menyajikannya di depan
kelas. Murid-murid memperhatikan guru berbicara, mencoba menangkap apa isinya
dan membuat catatan.
Gambaran pengajaran
matematika dengan metode ceramah adalah sebagai berikut. Guru mendominasi
kegiatan belajar mengajar. Definisi dari rumus diberikannya. Penurunan rumus
atau pembuktian dalil dilakukan sendiri oleh guru. Diberitahukannya apa yang
harus dikerjakan dan bagaimana menyimpulkannya. Contoh-contoh soal diberikan
dan dikerjakan pula oleh guru. Langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh
murid. Mereka meniru cara kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru.
·
Kelebihan
metode ceramah:
1.
Dapat menampung
kelas besar, setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mendengarkan,
dan biayanya menjadi relatif lebih murah.
2.
Konsep yang
disajikan secara hirarkis akan memberikan fasilitas belajar pada siswa.
3.
Guru dapat
memberi tekanan terhadap hal-hal yang penting, hingga waktu energi dapat digunakan
sebaik mungkin.
4.
Isi silabus
dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena guru tidak harus menyesuaikan
dengan kecepatan belajar siswa.
5.
Kekurangan atau
tidaknya adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran tidak menghambat pelaksanaan pelajaran dengan
ceramah.
·
Kelemahan
metode ceramah:
1.
Pelajaran
berjalan membosankan, siswa pasif, hanya aktif membuat catatan.
2.
Kepadatan
konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan.
3.
Pengetahuan
lebih cepat terlupakan.
4.
Belajar menjadi
belajar menghafal (rote learning) yang tidak mengakibatkan timbulnya
pengertian.
Matematika merupakan
ilmu yang memerlukan prasyarat untuk dapat dimengerti. Untuk mengajarkan
matematika dengan metode ceramah, perlu diperhatikan:
a.
Bertujuan
untuk memberikan informasi
b.
Materi
yang diberikan belum ada di sumber-sumber lain
c.
Materi
sajian telah disesuaikan dengan kemampuan kelompok yang akan menerimanya
d.
Materinya
menarik atau dibuat menarik
e.
Setelah
ceramah selesai, diberikan pengendapan agar lebih lama diingat.
Metode ceramah tidak dilakukan, jika:
a.
Tujuanya
agar siswa kreatif, terampil, atau menyangut aspek kognitif yang lebih tinggi
b.
Diperlukan
ingatan yang tahan lama
c.
Diperlukan
partisipasi aktif dari siswa untuk mencapai tujuan
d.
Kemampuan
kelas rendah
2. Metode
Ekspositori
Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal
terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran).
Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru banyak berkurang, karena tidak
terus-menerus berbicara. Guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi
dan contoh soal, dan pada waktu-waktu yang diperlukan saja. Murid tidak hanya
mendengar dan membuat catatan. Tetapi juga membuat soal latihan dan bertanya
kalau tidak mengerti.
Guru dapat memeriksa pekerjaan murid secara individual,
menjelaskan lagi kepada murid secara individual dan klasikal. Kalau
dibandingkan dominasi guru dalam kegiatan belajar mengajar, metode ceramah
lebih terpusat pada guru daripada metode ekspositori. Pada metode ekspositori
siswa belajar lebih aktif daripada metode ceramah. Murid mengerjakan latihan
soal sendiri, mungkin juga dilakukan sambil bertanya dan mengerjakannya bersama
dengan temannya, atau disuruh membuatnya di papan tulis. Melihat perbedaan-perbedaan di atas, cara mengerjakan
matematika yang pada umumnya digunakan para guru matematika adalah lebih tepat
dikatakan sebagai menggunakan metode ekspositori daripada ceramah. Yang biasa
dinamakan mengajar matematika dengan metode ceramah (seperti yang tercantum
dalam satuan pelajaran) menurut penjelasan di atas sebenarnya adalah metode
ekspositori, sebab guru memberikan pula soal-soal latihan untuk dikerjakan
murid di kelas.
3. Metode Tanya
Jawab
Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan ajar
dalam bentuk pertanyaan-pertanyaa yang memerlukan jawaban untuk mencapai
tujuan. Umumnya pada tiap kegiata belajar mengajar selalu ada tanya jawab.
Namun, tidak pada setiap kegiatan belajar mengajar dapat disebut menggunakan
metode tanya jawab. Dalam metode tanya jawab, pertanyaan-pertanyaan bisa muncul
dari guru, bisa juga dari peserta didik, demikian pula halnya jawaban yang
dapat muncul dari guru maupun peserta didik. Oleh karena itu, dengan
menggunakan metode ini siswa menjadi lebih aktif daripada belajar mengajar
dengan metode ekspositori.
Meskipun aktivitas siswa semakin besar, namun kegiatan
dan materi pelajaran masih ditentukan oleh guru. Dalam metode tanya jawab,
pertanyaan dapat digunakan untuk merangsang keaktifan dan kreativitas berpikir
siswa / peserta didik. Karena itu, mereka harus didorong untuk mencari dan
menemukan jawaban yang tepat dan memuaskan. Sebelum pertanyaan-pertanyaan itu
diberikan, sebagai pengarahan diperlukan pula cara informatif. Bahan yang
diajarkan masih terbatas pada hal-hal yang ditanyakan oleh guru. Inisiatif
dimulai dari guru. Sesudah pengarahan, dimulailah dengan pengajuan pertanyaan.
Jika pertanyaan terlalu sulit, jawaban siswa mungkin hanya “tidak tahu”, “tidak
dapat”, gelengan kepala, atau hanya diam saja. Kelas diam bisa juga diakibatkan
oleh sikap atau tindakan guru yang tidak menyenangkan siswa. Hal ini dapat
menjengkelkan guru. Kalau guru marah karena hal tersebut, murid akan menjadi
(lebih) takut untuk menjawab atau bertanya.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode tanya
jawab, sebagai berikut :
a.
Guru
perlu menguasai bahan secara penuh (maksimal), jangan sekali-kali mengajukan
pertanyaan yang guru sendiri tidak memahaminya atau tidak tahu jawabannya.
b.
Siapkanlah
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada peserta didik sedemikian rupa,
agar pembelajaran tidak menyimpang dari bahan yang sedang dibahas, mengarah
pada pencapaian tujuan pembelajaran dan sesuai dengan kemampuan berpikir
peserta didik (siswa).
Pertanyaan yang baik memiliki kriteria sebagai berikut :
a.
Memberi
acuan, pertanyaan yang memberi acuan adalah suatu bentuk pertanyaan yang
sebelumnya diberikan uraian singkat tentang apa-apa yang akan ditanyakan, jadi
pertanyaan tersebut merupakan kelanjutan dari ceramah guru.
b.
Memusatkan
jawaban, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan perlu dipusatkan pada apa-apa yang
menjadi tujuan kegiatan pembelajaran.
c.
Memberi
tuntunan, guru dapat menuntun peserta didik dengan pertanyaan-pertanyaan yang
menuntun mereka pada jawaban yang benar.
d.
Melacak
jawaban peserta didik, guru mengajukan beberapa pertanyaan kembali meskipun
jawaban atas pertanyaan pertama sudah benar.
Metode ini dapat digunakan untuk
menghubungkan topik-topik pembelajaran yang lampau dengan yang baru. Langkah
ini dapat digunakan untuk meyakinkan apakah siswa sudah siap menerima materi
baru atau belum. Pertanyaan yang dapat juga digunakan unutk memperkecil
kelalaian siswa dan mengembalikan perhatian siswa pada proses belajar dan
pembelajaran yang sedang berlangsung. Pertanyaan yang diajukan pada akhir pelajaran
dapat membantu menentukan sejauh mana siswa telah mengerti pengetahuan yang
diberikan.
·
Kelebihan
metode tanya jawab :
1. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian peserta didik,
sekalipun ketika itu peserta didik sedang rebut, yang mengantuk kembali tegar
dan hilang kantuknya.
2. Merangsang peserta didik untuk melatih dan mengembangkan daya pikir,
termasuk daya ingatan.
3. Mengembangkan keberanian dan keterampilan peserta didik dalam
menjawab dan mengemukakan pendapat.
·
Kelemahan
metode Tanya jawab :
1. Peserta didik merasa takut, apabila guru kurang dapat mendorong
peserta didik untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang,
melainkan akrab.
2. Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir
dan mudah dipahami peserta didik.
3. Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila peserta didik tidak
dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tuga orang.
4. Dalam jumlah peserta didik yang banyak, tidak mungkin cukup waktu
untuk memberikan pertanyaan kepada setiap peserta didik.
4. Metode Demonstrasi
Melalui metode demonstrasi, guru dapat memperlihatkan suatu
proses, peristiwa, atau cara kerja suatu alat kepada peserta didik. Demonstrasi
dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sekadar memberikan pengetahuan
yang sudah diterimabegitu saja oleh peserta didik, sampai pada cara agar
peserta didik dapat memecahkan suatu masalah.
Agar pembelajaran dengan menggunakan metode berlangsung secara
efektif dan efisien, ada beberapa yang dapat dilakukan, yaitu :
a.
Lakukanlah
perencanaan yang matang sebelum pembelajaran dimulai. Hal-hal tertentu perlu
dipersiapkan, terutama fasilitas yang akan digunakan untuk kepentingan
demonstrasi.
b.
Rumuskanlah
tujuan pembelajaran dengan metode demonstrasi, dan pilihlah materi yang tepat
untuk didemonstrasikan.
c.
Buatlah
garis besar langkah-langkah demonstrasi, akan lebih efektif jika yang dikuasai
dan dipahami baik oleh peserta didik maupun oleh guru.
d.
Tetapkanlah
apakah demontrasi tersebut akan dilakukan guru atau oleh peserta didik, atau
oleh guru kemudian diikuti peserta didik.
e.
Mulailah
demonstrasi dengan menarik perhatian seluruh peserta didik, dan ciptakanlah
suasan yang tenang dan menyenangkan.
f.
Upayakanlah
agar semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
g.
Lakukanlah
evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik terhadap
efektivitas metode demonstrasi maupun terhadap hasil belajar peserta didik.
Untuk memantapkan hasil pembelajaran melalui metode
demonstrasi, pada akhir pertemuan dapat diberikan tugas-tugas yang sesuai
dengan kegiatan yang dilaksanakan.
5. Metode
Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan tipe belajar aktif yang tingkatnya
paling tinggi dan kompleks dibanding tipe belajar yang lain. Pemecahan masalah
dalam matematika dipandang sebagai dasar aktivitas matematika. Matematika
kelihatannya tidak dapat dipahami jika tanpa masalah. Masalah dalam matematika
adalah suatu persoalan dimana siswa sendiri dapat menyelesaikan tanpa
menggunakan cara atau algoritma yang rutin. Suatu persoalan menjadi masalah
atau memberikan tantangan yang tidak dapat dipecahkan dengan prosedur rutin
yang diketahui siswa. Menurut Russefendi suatu persoalan menjadi masalah jika:
a.
Siswa
tidak mengenal persoalan itu.
b.
Siswa
menganggap persoalan itu jadi masalah karena siswa belum memiliki prosedur atau
algoritma tertentu untuk menyelesaikanya.
c.
Siswa
harus mampu menyelesaikannya, baik kesiapan mentalnya maupun pengetahuan
siapnya. Terlepas ia sampai atau tidak pada jawabannya.
d.
Siswa
punya niat untuk menyelesaikannya.
Karena suatu persoalan belum tentu menjadi masalah bagi
seorang siswa maka guru harus menyeleksi dan membuat soal yang merupakan
pemecahan masalah. Pentingnya pemecahan masalah dalam pembelajaran disebabkan
oleh:
a.
Pemecahan
masalah membuat siswa berpikir lebih analitis dalam membuat keputusan.
b.
Pemecahan
masalah dapat menimbulkan jawaban yang asli, khas, beraneka ragam dan dapat
menambah pengetahuan baru.
c.
Pemecahan
masalah dapat meningkatkan aplikasi atau penerapan dari ilmu yang diperolehnya.
d.
Pemecahan
masalah dapat merangsang siswa menggunakan segala kemampuannya.
e.
Pemecahan
masalah dapat menimbulkan sikap ingin tahu dan motivasi kreatif.
Pemecahan masalah memegang peranan penting dalam
pembelajaran matematika. Hal ini bertujuan agar pembelajaran dapat berlangsung
secara fleksibel. Para ahli mengemukakan berbagai langkah dalam melakukan
pemecahan masalah, tetapi pada hakekatnya cara yang ditemukan adalah sama.
Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran dengan metode pemecahan
masalah harus melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a.
merasakan
adanya masalah-masalah yang potensial;
b.
merumuskan
masalah;
c.
mencari
jalan keluar;
d.
memilih
jalan ke luar yang paling tepat;
e.
melaksanakan
pemecahan masalah;
f.
menilai
apakah pemecahan masalah yang dilakukan sudah tepat atau belum.
·
Kelebihan
metode pemecahan masalah:
1.
Metode ini
dapat membuat pendidikan di sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya
dengan dunia kerja.
2.
Dapat
membiasakan para peserta didik menghadapi dan memecahkan masalah secara
terampil dan sangat bermakna bagi kehidupan manusia.
3.
Metode ini
merangsang pengembangan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif dan
menyeluruh.
·
Kelemahan
metode pemecahan masalah
1.
Menentukan
suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir peserta
didik, tingkat sekolah dan kelasnya, sangat memerlukan kemampuan dan
keterampilan guru.
2.
Proses
pembelajaran dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup
banyak .
3.
Mengubah
kebiasaan peserta didik belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari
guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri
atau kelompok.
6. Metode
Penemuan
Penemuan (discovery) merupakan metode yang lebih menekankan
pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih
mengutamakan proses daripada hasil belajar. Dalam metode ini tidak berarti
sesuatu yang ditemukan oleh peserta didik (siswa) benar-benar baru sebab sudah
diketahui oleh orang yang lain.
Cara belajar dengan menemukan (discovery learning) ini
tidak merupakan cara belajar yang baru. Cara belajar melalui penemuan sudah
digunakan puluhan abad yang lalu dan Socrates dianggap orang sebagai pemula
yang menggunakannya.
Cara mengajar dengan metode penemuan menempuh langkah-langkah
berikut :
a.
Adanya
masalah yang akan dipecahkan
b.
Sesuai
dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik.
c. Konsep
atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan tersebut
perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas.
d.
Harus
tersedia alat dan bahan yang diperlukan.
e.
Susunan
kelas diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran
peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
f.
Guru
harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan data.
g.
Guru
harus memberikan jawaban dengan cepat dan tepat dengan data dan informasi yang diperlukan
peserta didik.
Pembelajaran dengan metode penemuan mengharapkan agar
siswa benar-benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya.
Hal baru bagi siswa yang diharapkan dapat ditemukannya itu dapat
berupa konsep, teorema, rumus, pola, aturan, dan sejenisnya. Untuk dapat
menemukan siswa harus melakukan terkaan, dugaan, perkiraan, coba-coba, atau
usaha lain dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya melalui cara
induksi, deduksi, observasi, ekstrapolasi. Pembelajaran dengan metode ini tidak
dapat direncanakan, karena sangat tergantung dengan kemampuan siswa dan bahan
yang akan disajikan. Pembelajaran dengan metode ini harus memperhatikan:
a.
Aktivitas
siswa untuk belajar sendiri sangat berpengaruh
b.
Hasil
(bentuk) akhir ditemukan sendiri oleh siswa
c.
Prasyarat-prasyarat
yang diperlukan sudah dimiliki siswa
d.
Guru
hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing saja, bukan pemberitahuan.
Pelaksanaan metode ini dapat dilakukan dengan dialog
tanya jawab atau dengan menggunakan lembaran kerja. Pembahasan materi dapat
menggunakan pendekatan induktif, deduktif, atau keduanya.
·
Kelebihan
metode penemuan:
1.
Siswa
aktif, karena siswa berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil
akhir
2.
Siswa
menjadi paham benar, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang
diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat
3.
Menemukan
sendiri menimbulkan kepuasan. Kepuasaan intrinsik ini mendorong ingin melakukan
penemuan lagi hingga minat belajarnya meningkat
4.
Siswa
yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer
pengetahuannya ke berbagai konteks.
5.
Melatih
siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
6.
Menurut
J.Brunner metode ini mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam
mengorganisasikan segala sumber untuk menyelesaikan problem, menjadi lebih peka
terhadap problem solving yang dihadapinya dan motivasinya meningkat karena
terlibat dalam proses penemuan.
7.
Davis
mengatakan metode ini akan menjadikan siswa memiliki persamaan terhadap sejarah
matematika, mengerti bahwa matematika itu ditemukan, siswa dapat menilai
kemampuannya untuk menemukan dan mengabstraksi.
·
Kelemahan
metode penemuan:
1.
Banyak
menyita waktu juga tidak menjamin siswa tetap bersemangat menemukan. Tidak
setiap guru memiliki kemampuan menggunakannya.
2.
Tidak
semua anak mampu melakukannya. Jika bimbingan guru kurang tepat akan merusak
struktur pengetahuannya, karena tidak sesuai dengan kesiapan intelektual siswa.
Juga jika terlalu banyak bimbingan akan mematikan inisiatifnya.
3.
Tidak
dapat digunakan untuk setiap topik.
4.
Guru
akan repot dengan kelas besar dalam pelaksanaan metode ini.
7. Metode
Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry, yang secara
harfiah berarti penyelidikan. Carin dan Sund (1975) mengemukakan bahwa inquiry
adalah the process of investigating a problem. Adapun Piaget,
mengemukakan bahwa metode inquiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta
didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat
apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan
yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta
didik lain.
Mengajar dengan penemuan biasanya dilakukan dengan ekspositori
dalam kelompok-kelompok kecil (di laboratorium, bengkel, atau kelas). Tetapi
mengajar dengan metode inkuiri dapat dilakukan melalui ekspositori, kelompok,
dan secara sendiri-sendiri. Dalam metode penemuan hasil akhir yang harus
ditemukan siswa merupakan sesuatu yang baru bagi dirinya sendiri, tetapi sudah
diketahui oleh guru. Tetapi dalam metode inkuiri, hal yang baru itu juga belum
dapat diketahui oleh guru. Dalam metode ini selain sebagai pengarah dan
pembimbing, guru menjadi sumber informasi data yang diperlukan, siswa masih
harus mengumpulkan informasi tambahan, membuat hipotesis, dan mengetesnya.
Sebuah tujuan mengajar dengan inquiri adalah agar siswa tahu dan
belajar metode ilmiah dengan inquiri dan mampu mentransfernya ke dalam situasi
lain. Metode ini terdiri dari 4 tahap, yaitu :
a.
Guru
merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan, teka-teki, dan
sebagainya.
b.
Sebagai
jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menentukan prosedur mencari dan
mengumpulkan informasi atau data yang diperlukannya untuk memecahkan
pertanyaan, pernyataan, masalah, dan sebagainya.
c.
Siswa
menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inquiri yang baru dilaksanakan.
d.
Siswa
menganalisis metode inquiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan metode
umum yang dapat diterapkannya ke situasi lain.
8. Metode
Eksperimen
Metode eksperimen merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
melibatkan peserta didik bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan, dan peralatan
laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok. Eksperimen merupakan
situasi pemecahan masalah yang di dalamnya berlangsung pengujian suatu
hipotesis, dan terdapat variabel-variabel yang dikontrol secara ketat. Hal yang
diteliti dalam suatu eksperimen adalah pengaruh variabel tertentu terhadap
variabel yang lain.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan guru dalam menggunakan metode
eksperimen adalah sebagai berikut :
a.
Tetapkan
tujuan eksperimen
b.
Persiapkan
alat dan bahan yang diperlukan
c.
Persiapkan
tempat eksperimen
d.
Pertimbangkan
jumlah peserta didik sesuai dengan alat-alat yang tersedia.
e.
Perhatikan
keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindarkan risiko yang
merugikan atau berbahaya.
f.
Perhatikan
disiplin atau tata tertib, terutama dalam menjaga peralatan dan bahan yang akan
digunakan.
g.
Berikan
penjelasan tentang apa yang harus dikerjakan dan tahapan-tahapan yang mesti
dilakukan peserta didik, termasuk yang dilarang dan yang membahayakan.
9. Metode Drill
dan Latihan
Banyak alat yang dapat membantu orang untuk dapat
berhitung cepat dan cermat. Daftar kuadrat, daftar akar, dekak-dekak, dan
kalkulator misalnya. Tetapi berhitung cepat dan cermat tanpa alat di sekolah
tetap diperlukan. Karena itu dalam kegiatan belajar ini akan dibicarakan pula
metode drill dan metode latihan. Dalam banyak hal kata “drill” dan “latihan” merupakan
sinonim.
Namun di sini kedua kata itu akan dibedakan artinya.
Sesudah murid memahami penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian
bilangan bulat positif sampai 100, akhirnya mereka dituntut untuk dapat
mengerjakannya dengan cepat dan cermat. Hafal algoritma dan prosedur matematika
serta cepat dan cermat menggunakannya merupakan tujuan dari metode latihan
dalam pengajaran matematika. Kemampuan mengenai fakta-fakta dasar berhitung ini
tergantung pada ingatan. Cepat mengingat, kemampuan mengingat kembali dan
kegiatan-kegiatan lain yang bersifat lisan merupakan hal-hal yang perlu untuk
“hafal”. Kemampuan-kemampuan demikian merupakan tujuan dari metode drill.
Metode latihan diperlukan agar siswa terampil
menyelesaikan soal-soal yang pengertian dan prosedur penyelesaiannya sudah
dipahami. Metode latihan secara tertuis dapat diberikan di kelas atau sebagai
tugas pekerjaan rumah, dan diberikan secara teratur. Soal-soal latihan untuk di
rumah hendaknya mudah, sehingga tidak menimbulkan keengganan siswa untuk
mengerjakannya.
10. Metode Pemberian
Tugas
Metode ini biasa disebut dengan metode tugas. Pada metode ini guru
memberikan seperangkat tugas yang harus dikerjakan peserta didik, baik secara
individual maupun secara kelompok. Tugas yang paling sering diberikan dalam
pengajaran matematika adalah pekerjaan rumah yang diartikan sebagai latihan
menyelesaikan soal-soal. Kecuali ini, dapat pula menyuruh murid mempelajari
lebih dulu topik yang akan dibahas.
Metode tugas mensyaratkan adanya pemberian tugas dan adanya
pertanggungjawaban dari murid. Tugas ini dapat berbentuk suruhan-suruhan guru
seperti contoh-contoh di atas. Tetapi dapat pula timbul atas insiatif murid
setelah disetujui oleh guru. Cara menilai hasil tugas tertulis kadang-kadang
menimbulkan kesukaran. Bagaimana memberi nilai kepada seorang murid jika ia
bekerja dalam suatu kelompok? Apakah ia benar-benar turut aktif berperan dalam
menghasilkan laporan kelompok? Ataukah hanya tercantum namanya saja sebagai
anggota kelompok? Jika laporan tertulis dibuat oleh tiap murid, apakah kita
akan menilai prestasi seorang murid begitu saja berdasarkan hasil yang
diserahkannya? Mungkin tulisannya benar tulisan murid itu sendiri, namun tidak
tertutup kemungkinan apa yang ditulisnya adalah hasil pekerjaan temannya atau
orang lain.
Agar penilaian lebih objektif dan menimbulkan rasa tanggung jawab,
perlu dicek dengan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai hasil pekerjaan yang
dikumpulkan. Maksud pemberian soal-soal pekerjaan rumah adalah agar murid
terampil menyelesaikan soal, lebih memahami, dan mendalami pelajaran yang
diberikan di sekolah. Selain itu juga murid biasa belajar sendiri, menimbulkan
rasa tanggung jawab, dan sikap positif terhadap matematika. Karena itu
janganlah memberi tugas yang terlalu sukar sehingga murid tidak mempunyai waktu
untuk melakukan tugas lain dari sekolah atau kegiatan lain di luar sekolah.
Juga jangan memberikan soal terlalu banyak, walaupun mudah. Sering memberikan
soal-soal yang banyak dan sukar dapat mengakibatkan murid putus asa. Komposisi
soal hendaknya terdiri dari yang mudah, sedang, sukar, dan tidak terlalu
banyak. Memberikan tugas yang berlebihan tidak akan menimbulkan sikap-sikap
yang positif, malah mungkin sebaliknya.
Agar
metode penugasan dapat berlangsung secara efektif, guru perlu memperhatikan
langkah-langkah sebagai berikut :
a.
Tugas
harus direncanakan secara jelas dan sistematis, terutama tujuan penugasan dan
cara pengerjaannya. Sebaliknya tujuan penugasan dikomunikasikan kepada peserta
didik (siswa) agar tahu arah tugas yang dikerjakan.
b.
Tugas
yang diberikan harus dapat dipahami peserta didik, kapan mengerjakannya,
bagaimana cara mengerjakannya, berapa lama tugas tersebut harus dikerjakan,
secara individu atau kelompok, dan lain-lain. Hal-hal tersebut akan sangat
menentukan efektivitas penggunaan metode penugasan dalam pembelajaran.
c.
Apabila
tugas tersebut berupa tugas kelompok, perlu diupayakan agar seluruh anggota
kelompok dpat terlibat secara aktif dalam proses penyelesaian tugas tersebut,
terutama kalau tugas tersebut diselesaikan di luar kelas.
d.
Perlu
diupayakan guru mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh
peserta didik. Jika tugas tersebut diselesaikan di kelas guru berkeliling
mengontrol pekerjaan peserta didik, sambil memberikan motivasi dan bimbingan
terutama bagi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam penyelesaian tugas
tersebut. Jika tugas tersebut diselesaikan di luar kelas, guru bisa mengontrol
proses penyelesaian tugas melalui konsultasi dari pada peserta didik.
e.
Berikanlah
penilaian secara proporsional terhadap tugas-tugas yang dikerjakan peserta
didik. Penilaian yang diberikan sebaiknya tidak hanya menitikberatkan pada
produk,tetapi perlu dipertimbangkan pula bagaimana proses penyelesaian tugas
tersebut. Penilaian hendaknya diberikan secara langsung setelah tugas
diselesaikan, hal ini disamping akan menimbulkan minat dan semangat belajar
peserta didik, juga menghindarkan bertumpuknya pekerjaan peserta didik yang
harus diperiksa.
DAFTAR PUSTAKA
M.M. Endang Susetyawati. 2011. Modul
Pembelajaran dan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Universitas PGRI Yogyakarta.
http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/MODEL_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA/METODE__PEMBELAJARAN__MATEMATIKA,_BERMAIN_SAMBIL__BELAJAR.pdf (Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar