Rabu, 04 Januari 2017

Metode Pembelajaran

A.    Metode Pembelajaran

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui dan hodos berarti jalan. Dengan demikian metode bisa berarti cara atau jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode pembelajaran berarti suatu prosedur, urutan langkah-langkah dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan dalam berbagai metode pembelajaran. Metode dalam pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi saja, sebab sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran mempunyai tugas cakupan yang luas yaitu disamping sebagai penyampai informasi juga mempunyai tugas untuk mengelola kegiatan pembelajaran sehingga warga belajar  dapat belajar untuk mencapai tujuan belajar secara tepat. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran matematika adalah cara untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika.
Jenis-jenis metode dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pendekatan, diantaranya:
1.      Berdasarkan pemberian informasi:
·         Metode Ceramah
·         Metode Ekspositori
·         Metode Tanya Jawab
·         Metode Demonstrasi
2.      Berdasarkan pemecahan masalah:
·         Metode Pemecahan Masalah
·         Metode Penemuan
·         Metode Inkuiri
·         Metode Eksperimen
3.      Berdasarkan penugasan:
·         Metode Drill dan Latihan
·         Metode Pemberian Tugas

B.     Macam-macam Metode Pembelajaran

1.      Metode Ceramah

Ceramah merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada si penceramah dan komunikasi yang terjadi searah dari pembicara kepada pendengar. Metode ceramah merupakan metode mengajar yang paling banyak dipakai, terutama untuk bidang studi non eksakta. Hal ini mungkin dianggap oleh guru sebagai metode mengajar yang paling mudah dilaksanakan. Jika bahan pelajaran dikuasai dan sudah ditentukan urutan penyampaiannya, guru tinggal menyajikannya di depan kelas. Murid-murid memperhatikan guru berbicara, mencoba menangkap apa isinya dan membuat catatan.
Gambaran pengajaran matematika dengan metode ceramah adalah sebagai berikut. Guru mendominasi kegiatan belajar mengajar. Definisi dari rumus diberikannya. Penurunan rumus atau pembuktian dalil dilakukan sendiri oleh guru. Diberitahukannya apa yang harus dikerjakan dan bagaimana menyimpulkannya. Contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan pula oleh guru. Langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh murid. Mereka meniru cara kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru.
·         Kelebihan metode ceramah:
1.      Dapat menampung kelas besar, setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mendengarkan, dan biayanya menjadi relatif lebih murah.
2.      Konsep yang disajikan secara hirarkis akan memberikan fasilitas belajar pada siswa.
3.      Guru dapat memberi tekanan terhadap hal-hal yang penting, hingga waktu energi dapat digunakan sebaik mungkin.
4.      Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena guru tidak harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa.
5.      Kekurangan atau tidaknya adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran  tidak menghambat pelaksanaan pelajaran dengan ceramah.

·         Kelemahan metode ceramah:
1.      Pelajaran berjalan membosankan, siswa pasif, hanya aktif membuat catatan.
2.      Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan.
3.      Pengetahuan lebih cepat terlupakan.
4.      Belajar menjadi belajar menghafal (rote learning) yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.

Matematika merupakan ilmu yang memerlukan prasyarat untuk dapat dimengerti. Untuk mengajarkan matematika dengan metode ceramah, perlu diperhatikan:
a.       Bertujuan untuk memberikan informasi
b.      Materi yang diberikan belum ada di sumber-sumber lain
c.       Materi sajian telah disesuaikan dengan kemampuan kelompok yang akan menerimanya
d.      Materinya menarik atau dibuat menarik
e.       Setelah ceramah selesai, diberikan pengendapan agar lebih lama diingat.

Metode ceramah tidak dilakukan, jika:
a.       Tujuanya agar siswa kreatif, terampil, atau menyangut aspek kognitif yang lebih tinggi
b.      Diperlukan ingatan yang tahan lama
c.       Diperlukan partisipasi aktif dari siswa untuk mencapai tujuan
d.      Kemampuan kelas rendah

2.      Metode Ekspositori

Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru banyak berkurang, karena tidak terus-menerus berbicara. Guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal, dan pada waktu-waktu yang diperlukan saja. Murid tidak hanya mendengar dan membuat catatan. Tetapi juga membuat soal latihan dan bertanya kalau tidak mengerti.
Guru dapat memeriksa pekerjaan murid secara individual, menjelaskan lagi kepada murid secara individual dan klasikal. Kalau dibandingkan dominasi guru dalam kegiatan belajar mengajar, metode ceramah lebih terpusat pada guru daripada metode ekspositori. Pada metode ekspositori siswa belajar lebih aktif daripada metode ceramah. Murid mengerjakan latihan soal sendiri, mungkin juga dilakukan sambil bertanya dan mengerjakannya bersama dengan temannya, atau disuruh membuatnya di papan tulis.  Melihat perbedaan-perbedaan di atas, cara mengerjakan matematika yang pada umumnya digunakan para guru matematika adalah lebih tepat dikatakan sebagai menggunakan metode ekspositori daripada ceramah. Yang biasa dinamakan mengajar matematika dengan metode ceramah (seperti yang tercantum dalam satuan pelajaran) menurut penjelasan di atas sebenarnya adalah metode ekspositori, sebab guru memberikan pula soal-soal latihan untuk dikerjakan murid di kelas.

3.      Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan ajar dalam bentuk pertanyaan-pertanyaa yang memerlukan jawaban untuk mencapai tujuan. Umumnya pada tiap kegiata belajar mengajar selalu ada tanya jawab. Namun, tidak pada setiap kegiatan belajar mengajar dapat disebut menggunakan metode tanya jawab. Dalam metode tanya jawab, pertanyaan-pertanyaan bisa muncul dari guru, bisa juga dari peserta didik, demikian pula halnya jawaban yang dapat muncul dari guru maupun peserta didik. Oleh karena itu, dengan menggunakan metode ini siswa menjadi lebih aktif daripada belajar mengajar dengan metode ekspositori.
Meskipun aktivitas siswa semakin besar, namun kegiatan dan materi pelajaran masih ditentukan oleh guru. Dalam metode tanya jawab, pertanyaan dapat digunakan untuk merangsang keaktifan dan kreativitas berpikir siswa / peserta didik. Karena itu, mereka harus didorong untuk mencari dan menemukan jawaban yang tepat dan memuaskan. Sebelum pertanyaan-pertanyaan itu diberikan, sebagai pengarahan diperlukan pula cara informatif. Bahan yang diajarkan masih terbatas pada hal-hal yang ditanyakan oleh guru. Inisiatif dimulai dari guru. Sesudah pengarahan, dimulailah dengan pengajuan pertanyaan. Jika pertanyaan terlalu sulit, jawaban siswa mungkin hanya “tidak tahu”, “tidak dapat”, gelengan kepala, atau hanya diam saja. Kelas diam bisa juga diakibatkan oleh sikap atau tindakan guru yang tidak menyenangkan siswa. Hal ini dapat menjengkelkan guru. Kalau guru marah karena hal tersebut, murid akan menjadi (lebih) takut untuk menjawab atau bertanya.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode tanya jawab, sebagai berikut :
a.       Guru perlu menguasai bahan secara penuh (maksimal), jangan sekali-kali mengajukan pertanyaan yang guru sendiri tidak memahaminya atau tidak tahu jawabannya.
b.      Siapkanlah pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada peserta didik sedemikian rupa, agar pembelajaran tidak menyimpang dari bahan yang sedang dibahas, mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran dan sesuai dengan kemampuan berpikir peserta didik (siswa).

Pertanyaan yang baik memiliki kriteria sebagai berikut :
a.       Memberi acuan, pertanyaan yang memberi acuan adalah suatu bentuk pertanyaan yang sebelumnya diberikan uraian singkat tentang apa-apa yang akan ditanyakan, jadi pertanyaan tersebut merupakan kelanjutan dari ceramah guru.
b.      Memusatkan jawaban, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan perlu dipusatkan pada apa-apa yang menjadi tujuan kegiatan pembelajaran.
c.       Memberi tuntunan, guru dapat menuntun peserta didik dengan pertanyaan-pertanyaan yang menuntun mereka pada jawaban yang benar.
d.      Melacak jawaban peserta didik, guru mengajukan beberapa pertanyaan kembali meskipun jawaban atas pertanyaan pertama sudah benar.

Metode ini dapat digunakan untuk menghubungkan topik-topik pembelajaran yang lampau dengan yang baru. Langkah ini dapat digunakan untuk meyakinkan apakah siswa sudah siap menerima materi baru atau belum. Pertanyaan yang dapat juga digunakan unutk memperkecil kelalaian siswa dan mengembalikan perhatian siswa pada proses belajar dan pembelajaran yang sedang berlangsung. Pertanyaan yang diajukan pada akhir pelajaran dapat membantu menentukan sejauh mana siswa telah mengerti pengetahuan yang diberikan.

·         Kelebihan metode tanya jawab :
1.      Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian peserta didik, sekalipun ketika itu peserta didik sedang rebut, yang mengantuk kembali tegar dan hilang kantuknya.
2.      Merangsang peserta didik untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingatan.
3.      Mengembangkan keberanian dan keterampilan peserta didik dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.

·         Kelemahan metode Tanya jawab :
1.      Peserta didik merasa takut, apabila guru kurang dapat mendorong peserta didik untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang, melainkan akrab.
2.      Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami peserta didik.
3.      Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tuga orang.
4.      Dalam jumlah peserta didik yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap peserta didik.

4.      Metode Demonstrasi

Melalui metode demonstrasi, guru dapat memperlihatkan suatu proses, peristiwa, atau cara kerja suatu alat kepada peserta didik. Demonstrasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sekadar memberikan pengetahuan yang sudah diterimabegitu saja oleh peserta didik, sampai pada cara agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah.
Agar pembelajaran dengan menggunakan metode berlangsung secara efektif dan efisien, ada beberapa yang dapat dilakukan, yaitu :
a.       Lakukanlah perencanaan yang matang sebelum pembelajaran dimulai. Hal-hal tertentu perlu dipersiapkan, terutama fasilitas yang akan digunakan untuk kepentingan demonstrasi.
b.      Rumuskanlah tujuan pembelajaran dengan metode demonstrasi, dan pilihlah materi yang tepat untuk didemonstrasikan.
c.       Buatlah garis besar langkah-langkah demonstrasi, akan lebih efektif jika yang dikuasai dan dipahami baik oleh peserta didik maupun oleh guru.
d.      Tetapkanlah apakah demontrasi tersebut akan dilakukan guru atau oleh peserta didik, atau oleh guru kemudian diikuti peserta didik.
e.       Mulailah demonstrasi dengan menarik perhatian seluruh peserta didik, dan ciptakanlah suasan yang tenang dan menyenangkan.
f.       Upayakanlah agar semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
g.      Lakukanlah evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik terhadap efektivitas metode demonstrasi maupun terhadap hasil belajar peserta didik.

Untuk memantapkan hasil pembelajaran melalui metode demonstrasi, pada akhir pertemuan dapat diberikan tugas-tugas yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan.

5.      Metode Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan tipe belajar aktif yang tingkatnya paling tinggi dan kompleks dibanding tipe belajar yang lain. Pemecahan masalah dalam matematika dipandang sebagai dasar aktivitas matematika. Matematika kelihatannya tidak dapat dipahami jika tanpa masalah. Masalah dalam matematika adalah suatu persoalan dimana siswa sendiri dapat menyelesaikan tanpa menggunakan cara atau algoritma yang rutin. Suatu persoalan menjadi masalah atau memberikan tantangan yang tidak dapat dipecahkan dengan prosedur rutin yang diketahui siswa. Menurut Russefendi suatu persoalan menjadi masalah jika:
a.       Siswa tidak mengenal persoalan itu.
b.      Siswa menganggap persoalan itu jadi masalah karena siswa belum memiliki prosedur atau algoritma tertentu untuk menyelesaikanya.
c.       Siswa harus mampu menyelesaikannya, baik kesiapan mentalnya maupun pengetahuan siapnya. Terlepas ia sampai atau tidak pada jawabannya.
d.      Siswa punya niat untuk menyelesaikannya.

Karena suatu persoalan belum tentu menjadi masalah bagi seorang siswa maka guru harus menyeleksi dan membuat soal yang merupakan pemecahan masalah. Pentingnya pemecahan masalah dalam pembelajaran disebabkan oleh:
a.       Pemecahan masalah membuat siswa berpikir lebih analitis dalam membuat keputusan.
b.      Pemecahan masalah dapat menimbulkan jawaban yang asli, khas, beraneka ragam dan dapat menambah pengetahuan baru.
c.       Pemecahan masalah dapat meningkatkan aplikasi atau penerapan dari ilmu yang diperolehnya.
d.      Pemecahan masalah dapat merangsang siswa menggunakan segala kemampuannya.
e.       Pemecahan masalah dapat menimbulkan sikap ingin tahu dan motivasi kreatif.

Pemecahan masalah memegang peranan penting dalam pembelajaran matematika. Hal ini bertujuan agar pembelajaran dapat berlangsung secara fleksibel. Para ahli mengemukakan berbagai langkah dalam melakukan pemecahan masalah, tetapi pada hakekatnya cara yang ditemukan adalah sama.
Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran dengan metode pemecahan masalah harus melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a.         merasakan adanya masalah-masalah yang potensial;
b.         merumuskan masalah;
c.         mencari jalan keluar;
d.        memilih jalan ke luar yang paling tepat;
e.         melaksanakan pemecahan masalah;
f.          menilai apakah pemecahan masalah yang dilakukan sudah tepat atau belum.

·           Kelebihan metode pemecahan masalah:
1.         Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
2.         Dapat membiasakan para peserta didik menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil dan sangat bermakna bagi kehidupan manusia.
3.         Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif dan menyeluruh.

·           Kelemahan metode pemecahan masalah
1.      Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir peserta didik, tingkat sekolah dan kelasnya, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
2.      Proses pembelajaran dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak .
3.      Mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok.

6.      Metode Penemuan

Penemuan (discovery) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar. Dalam metode ini tidak berarti sesuatu yang ditemukan oleh peserta didik (siswa) benar-benar baru sebab sudah diketahui oleh orang yang lain.
Cara belajar dengan menemukan (discovery learning) ini tidak merupakan cara belajar yang baru. Cara belajar melalui penemuan sudah digunakan puluhan abad yang lalu dan Socrates dianggap orang sebagai pemula yang menggunakannya.
Cara mengajar dengan metode penemuan menempuh langkah-langkah berikut :
a.         Adanya masalah yang akan dipecahkan
b.         Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik.
c.       Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas.
d.        Harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan.
e.         Susunan kelas diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
f.          Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan data.
g.         Guru harus memberikan jawaban dengan cepat dan tepat dengan data dan informasi yang diperlukan peserta didik.

Pembelajaran dengan metode penemuan mengharapkan agar siswa benar-benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya.
Hal baru bagi siswa yang diharapkan dapat ditemukannya itu dapat berupa konsep, teorema, rumus, pola, aturan, dan sejenisnya. Untuk dapat menemukan siswa harus melakukan terkaan, dugaan, perkiraan, coba-coba, atau usaha lain dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya melalui cara induksi, deduksi, observasi, ekstrapolasi. Pembelajaran dengan metode ini tidak dapat direncanakan, karena sangat tergantung dengan kemampuan siswa dan bahan yang akan disajikan. Pembelajaran dengan metode ini harus memperhatikan:
a.       Aktivitas siswa untuk belajar sendiri sangat berpengaruh
b.      Hasil (bentuk) akhir ditemukan sendiri oleh siswa
c.       Prasyarat-prasyarat yang diperlukan sudah dimiliki siswa
d.      Guru hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing saja, bukan pemberitahuan.

Pelaksanaan metode ini dapat dilakukan dengan dialog tanya jawab atau dengan menggunakan lembaran kerja. Pembahasan materi dapat menggunakan pendekatan induktif, deduktif, atau keduanya.

·           Kelebihan metode penemuan:
1.      Siswa aktif, karena siswa berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir
2.      Siswa menjadi paham benar, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat
3.      Menemukan sendiri menimbulkan kepuasan. Kepuasaan intrinsik ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi hingga minat belajarnya meningkat
4.      Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
5.      Melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
6.      Menurut J.Brunner metode ini mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam mengorganisasikan segala sumber untuk menyelesaikan problem, menjadi lebih peka terhadap problem solving yang dihadapinya dan motivasinya meningkat karena terlibat dalam proses penemuan.
7.      Davis mengatakan metode ini akan menjadikan siswa memiliki persamaan terhadap sejarah matematika, mengerti bahwa matematika itu ditemukan, siswa dapat menilai kemampuannya untuk menemukan dan mengabstraksi.


·           Kelemahan metode penemuan:
1.      Banyak menyita waktu juga tidak menjamin siswa tetap bersemangat menemukan. Tidak setiap guru memiliki kemampuan menggunakannya.
2.      Tidak semua anak mampu melakukannya. Jika bimbingan guru kurang tepat akan merusak struktur pengetahuannya, karena tidak sesuai dengan kesiapan intelektual siswa. Juga jika terlalu banyak bimbingan akan mematikan inisiatifnya.
3.      Tidak dapat digunakan untuk setiap topik.
4.      Guru akan repot dengan kelas besar dalam pelaksanaan metode ini.

7.      Metode Inkuiri

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry, yang secara harfiah berarti penyelidikan. Carin dan Sund (1975) mengemukakan bahwa inquiry adalah the process of investigating a problem. Adapun Piaget, mengemukakan bahwa metode inquiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain.
Mengajar dengan penemuan biasanya dilakukan dengan ekspositori dalam kelompok-kelompok kecil (di laboratorium, bengkel, atau kelas). Tetapi mengajar dengan metode inkuiri dapat dilakukan melalui ekspositori, kelompok, dan secara sendiri-sendiri. Dalam metode penemuan hasil akhir yang harus ditemukan siswa merupakan sesuatu yang baru bagi dirinya sendiri, tetapi sudah diketahui oleh guru. Tetapi dalam metode inkuiri, hal yang baru itu juga belum dapat diketahui oleh guru. Dalam metode ini selain sebagai pengarah dan pembimbing, guru menjadi sumber informasi data yang diperlukan, siswa masih harus mengumpulkan informasi tambahan, membuat hipotesis, dan mengetesnya.
Sebuah tujuan mengajar dengan inquiri adalah agar siswa tahu dan belajar metode ilmiah dengan inquiri dan mampu mentransfernya ke dalam situasi lain. Metode ini terdiri dari 4 tahap, yaitu :
a.         Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan, teka-teki, dan sebagainya.
b.         Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menentukan prosedur mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang diperlukannya untuk memecahkan pertanyaan, pernyataan, masalah, dan sebagainya.
c.         Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inquiri yang baru dilaksanakan.
d.        Siswa menganalisis metode inquiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan metode umum yang dapat diterapkannya ke situasi lain.

8.      Metode Eksperimen

Metode eksperimen merupakan suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan, dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok. Eksperimen merupakan situasi pemecahan masalah yang di dalamnya berlangsung pengujian suatu hipotesis, dan terdapat variabel-variabel yang dikontrol secara ketat. Hal yang diteliti dalam suatu eksperimen adalah pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan guru dalam menggunakan metode eksperimen adalah sebagai berikut :
a.         Tetapkan tujuan eksperimen
b.         Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan
c.         Persiapkan tempat eksperimen
d.        Pertimbangkan jumlah peserta didik sesuai dengan alat-alat yang tersedia.
e.         Perhatikan keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindarkan risiko yang merugikan atau berbahaya.
f.          Perhatikan disiplin atau tata tertib, terutama dalam menjaga peralatan dan bahan yang akan digunakan.
g.         Berikan penjelasan tentang apa yang harus dikerjakan dan tahapan-tahapan yang mesti dilakukan peserta didik, termasuk yang dilarang dan yang membahayakan.

9.      Metode Drill dan Latihan

Banyak alat yang dapat membantu orang untuk dapat berhitung cepat dan cermat. Daftar kuadrat, daftar akar, dekak-dekak, dan kalkulator misalnya. Tetapi berhitung cepat dan cermat tanpa alat di sekolah tetap diperlukan. Karena itu dalam kegiatan belajar ini akan dibicarakan pula metode drill dan metode latihan. Dalam banyak hal kata “drill” dan “latihan” merupakan sinonim.
Namun di sini kedua kata itu akan dibedakan artinya. Sesudah murid memahami penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan bulat positif sampai 100, akhirnya mereka dituntut untuk dapat mengerjakannya dengan cepat dan cermat. Hafal algoritma dan prosedur matematika serta cepat dan cermat menggunakannya merupakan tujuan dari metode latihan dalam pengajaran matematika. Kemampuan mengenai fakta-fakta dasar berhitung ini tergantung pada ingatan. Cepat mengingat, kemampuan mengingat kembali dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat lisan merupakan hal-hal yang perlu untuk “hafal”. Kemampuan-kemampuan demikian merupakan tujuan dari metode drill.
Metode latihan diperlukan agar siswa terampil menyelesaikan soal-soal yang pengertian dan prosedur penyelesaiannya sudah dipahami. Metode latihan secara tertuis dapat diberikan di kelas atau sebagai tugas pekerjaan rumah, dan diberikan secara teratur. Soal-soal latihan untuk di rumah hendaknya mudah, sehingga tidak menimbulkan keengganan siswa untuk mengerjakannya.

10.  Metode Pemberian Tugas

Metode ini biasa disebut dengan metode tugas. Pada metode ini guru memberikan seperangkat tugas yang harus dikerjakan peserta didik, baik secara individual maupun secara kelompok. Tugas yang paling sering diberikan dalam pengajaran matematika adalah pekerjaan rumah yang diartikan sebagai latihan menyelesaikan soal-soal. Kecuali ini, dapat pula menyuruh murid mempelajari lebih dulu topik yang akan dibahas.
Metode tugas mensyaratkan adanya pemberian tugas dan adanya pertanggungjawaban dari murid. Tugas ini dapat berbentuk suruhan-suruhan guru seperti contoh-contoh di atas. Tetapi dapat pula timbul atas insiatif murid setelah disetujui oleh guru. Cara menilai hasil tugas tertulis kadang-kadang menimbulkan kesukaran. Bagaimana memberi nilai kepada seorang murid jika ia bekerja dalam suatu kelompok? Apakah ia benar-benar turut aktif berperan dalam menghasilkan laporan kelompok? Ataukah hanya tercantum namanya saja sebagai anggota kelompok? Jika laporan tertulis dibuat oleh tiap murid, apakah kita akan menilai prestasi seorang murid begitu saja berdasarkan hasil yang diserahkannya? Mungkin tulisannya benar tulisan murid itu sendiri, namun tidak tertutup kemungkinan apa yang ditulisnya adalah hasil pekerjaan temannya atau orang lain.
Agar penilaian lebih objektif dan menimbulkan rasa tanggung jawab, perlu dicek dengan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai hasil pekerjaan yang dikumpulkan. Maksud pemberian soal-soal pekerjaan rumah adalah agar murid terampil menyelesaikan soal, lebih memahami, dan mendalami pelajaran yang diberikan di sekolah. Selain itu juga murid biasa belajar sendiri, menimbulkan rasa tanggung jawab, dan sikap positif terhadap matematika. Karena itu janganlah memberi tugas yang terlalu sukar sehingga murid tidak mempunyai waktu untuk melakukan tugas lain dari sekolah atau kegiatan lain di luar sekolah. Juga jangan memberikan soal terlalu banyak, walaupun mudah. Sering memberikan soal-soal yang banyak dan sukar dapat mengakibatkan murid putus asa. Komposisi soal hendaknya terdiri dari yang mudah, sedang, sukar, dan tidak terlalu banyak. Memberikan tugas yang berlebihan tidak akan menimbulkan sikap-sikap yang positif, malah mungkin sebaliknya.
Agar metode penugasan dapat berlangsung secara efektif, guru perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :
a.         Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis, terutama tujuan penugasan dan cara pengerjaannya. Sebaliknya tujuan penugasan dikomunikasikan kepada peserta didik (siswa) agar tahu arah tugas yang dikerjakan.
b.         Tugas yang diberikan harus dapat dipahami peserta didik, kapan mengerjakannya, bagaimana cara mengerjakannya, berapa lama tugas tersebut harus dikerjakan, secara individu atau kelompok, dan lain-lain. Hal-hal tersebut akan sangat menentukan efektivitas penggunaan metode penugasan dalam pembelajaran.
c.         Apabila tugas tersebut berupa tugas kelompok, perlu diupayakan agar seluruh anggota kelompok dpat terlibat secara aktif dalam proses penyelesaian tugas tersebut, terutama kalau tugas tersebut diselesaikan di luar kelas.
d.        Perlu diupayakan guru mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh peserta didik. Jika tugas tersebut diselesaikan di kelas guru berkeliling mengontrol pekerjaan peserta didik, sambil memberikan motivasi dan bimbingan terutama bagi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam penyelesaian tugas tersebut. Jika tugas tersebut diselesaikan di luar kelas, guru bisa mengontrol proses penyelesaian tugas melalui konsultasi dari pada peserta didik. 
e.         Berikanlah penilaian secara proporsional terhadap tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik. Penilaian yang diberikan sebaiknya tidak hanya menitikberatkan pada produk,tetapi perlu dipertimbangkan pula bagaimana proses penyelesaian tugas tersebut. Penilaian hendaknya diberikan secara langsung setelah tugas diselesaikan, hal ini disamping akan menimbulkan minat dan semangat belajar peserta didik, juga menghindarkan bertumpuknya pekerjaan peserta didik yang harus diperiksa. 

DAFTAR PUSTAKA


M.M. Endang Susetyawati. 2011. Modul Pembelajaran dan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Universitas PGRI   Yogyakarta.
http://eprints.walisongo.ac.id/355/4/UmiHanik_Tesis_Bab2.pdf (Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar